Pekalongan selain terkenal dengan kota batiknya, juga ada satu tradisi yang diadakan tiap tahun setelah Hari Raya Idul Fitri. Masyarakat setempat menyebutnya Syawalan. Tradisi Syawalan di Pekalongan hampir mirip seperti tradisi-tradisi di masyarakat kita di Indonesia bagian lain.
Sejarah Tradisi Syawalan
Syawalan diadakan setiap 7 hari setelah lebaran idul fitri, alias taggal 8 Syawal. Tradisi seperti itu sudah ada sejak tahun 1885 yang konon diprakarsai oleh KH Abdullah Siradj yang termasuk salah satu keturunan Senopati Mataram.
Syawalan bermula sebagai rasa toleransi tinggi untuk menghormati muslim-muslimah yang berpuasa syawal setelah Puasa Ramadhan. Masyarakat Pekalongan dahulu biasa melakukan puasa Syawal 6 hari langsung setelah hari raya. Jadi mulai tanggal 2 Syawal hingga tanggal 7 Syawal.
Sehingga pada saat hari raya maupun setelahnya mereka tidak merayakan secara berlebihan dengan makan-makan. Baru setelah puasa Syawal selesai, mereka merayakannya bersama-sama.
Pada tahun 1950, Syawalan diadakan secara besar-besaran saat Presiden pertama Indonesia, Soekarno, datang ke Pekalongan dalam rapat akbar di lapangan Kebon Rodjo Pekalongan yang sekarang dijadikan monumen.
Ciri Khas Syawalan
Syawalan tidak terjadi di seluruh penjuru kota Pekalongan, hanya disalah satu bagian bernama Krapayak Lor. Salah satu yang menjadi ciri khas saat Syawalan di kota ini adalah sajian makanan yang dikenal dengan nama Lopis. Lopis merupakan penganan yang dibuat dengan bahan dasar beras ketan yang dibungkus daun pisang. Mirip Lepet yang dibungkus dengan janur, hanya saja lopis tidak memakai tambahan kelapa di dalamnya.Lopis disajikan dengan taburan kelapa parut setelah dipotong sesuai selera. kala itu Bung Karno berpidato memberikan nasihat kepada masyarakat agar menjaga persatuan seperti lopis yang terbuat dari ketan yang saling menyatu (lengket).Sejak saat itu Warga Krapyak membuat lopis raksasa untuk perayaan tradisi syawalan. Perayaan tersebut diawali dengan dipotongnya kue berukuran besar itu oleh Kepala Daerah Pemerintah setempat.

Hingga kini, tradisi tersebut masih ada. Bahkan aktivitas di Pekalongan baik itu pemerintahan maupun wiraswasta dimulai setelah perayaan Syawalan. Termasuk sekolah, mereka baru masuk pada tanggal 9 Syawal.

Selain lopis raksasa, Syawalan juga dihiasi pelepasan balon udara berukuran besar dan diiringi ribuan balon lainnya pada pukul 7 WIB. Juga suara petasan menggelegar bak berasa di medan perang. Tradisi pelepasan balon diawali oleh orang eropa yang dulu bermukim di Pekalongan. Sedang mercon diadopsi dari orang China yang dulu bermukim di Pekalongan.
Makan dan Minum Gratis
Selain memperebutkan lopis raksasa, masyarakat Krapyak juga memberikan makan dan minum secara gratis untuk masyarakat umum. Jika Anda seorang pendatang yang hanya ingin melihat ramainya Syawalan, bisa mampir ke salah satu rumah penduduk setempat yang akan dijamu secara gratis, hehe.
Tahun 2014, tradisi syawalan di Pekalongan itu jatuh pada hari ini. Suara petasannya menggelegar hingga seantero Pekalongan. Tidak hanya perayaan di Krapyak, Syawalan bagi warga Pekalongan itu seperti lebaran, bahkan lebih meriah lagi. Padahal mestinya bersuka cita itu saat hari raya.
Bagi yang ingin merasakan hiruk pikuk kemeriahan syawalan di Pekalongan bisa langsung datang saja ke Pekalongan, siangnya cari batik buat oleh-oleh ^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar