Sabtu, 05 September 2015
Kamis, 12 Februari 2015
Budaya Sadranan Pekalongan
Sadranan, Sedekah Laut Kota Pekalongan
Sadranan adalah tradisi masyarakat nelayan dalam rangka mensyukuri hasil laut yang mereka peroleh dari laut. Bentuk rasa syukur tersebut diwujudkan dalam satu kegiatan yang melibatkan seluruh nelayan beserta keluarganya. Bagi nelayan daerah pekalongan, Sadranan atau sedekah laut biasanya dilaksanakan setiap tahun. Perayaan sadranan di sana diselenggarakan bersamaan dengan perayaan hari nelayan, atau hari koperasi, atau hari kemerdekaan Republik Indonesia.
Secara harfiah, sedekah laut berasal dari kata Sodaqoh yang berarti menyisihkan sebagian rezeki yang kita peroleh yang kemudian diberikan kepada orang yang membutuhkannya. Rezeki yang diperoleh dari Tuhan melalui pekerjaan melaut itulah yang kemudian dibagi kepada orang-orang yang membutuhkan di lingkungan sekitarnya melalui kegiatan-kegiatan yang menggembiakan seperti lomba-lomba, pasar murah, pertunjukan kesenian, dan lain-lain. Dalam acara sadranan tersebut tersebu, seluruh masyarakat nelayan tidak melakukan aktivitas melaut. Mereka beramai-ramai mengikuti dan terlibat dalam acara sdranan tersebut.
Dalam pelaksanaan sadranan, dilakukan beberapa ritual. Kata ritual sendiri berasal dari kata “spiritual”, yaitu aliran dalam ilmu kasunyatan yang memungkiri kejasmanian dan mengupas segala-galanya dari sudut kerohanian dan segala sesuatunya dikembalikan pada kesadaran tertinggi dalam lapisan kesadaran manusia. Dari pengertian tersebut, dapat dikatakan bahwa ritual adalah bagian dari olah spiritual dengan simbol-simbolnya yang diyakini dan dilakukan oleh masyarakat nelayan dari dulu sampai sekarang. Berbagai macam simbol yang diwujudkan dalam ritual Sadranan antara lain adalah sumber kehidupan dilambangkan dengan air yang diambil dari tujuh sumber, kebahagiaan disimbolkan dari mainan anak-anak, keselamatan yang dilambangkan dengan bubur merah-putih, pelestarian alam yang dilambangkan dengan ikan, pengorbanan dn keiklasan dilambangkan dengan kepala kerbau, kemuliaan dilambangkan dengan bentuk uang, rumah, janur kuning dan bambu kuning, serta keteladanan yang dilambangkan dengan pohon pisang, pai dan tebu.
Pada acara Sadranan, masyarakat nelayan kota Pekalongan selalu melarung sesaji ke tengah laut. Sesaji tersebut dibuat secara gotong-royong. Sesaji disajikan dalam bentuk replika kapal yang di dalamnya berisi:
1. Kebo Segeluntung yaitu satu ekor kebau yang terdiri dari kepala kerbau, jeroan, an empat buah kaki kerbau. Ini melambangkan bentuk pengorabanan secara ikhlas dan berujung untuk membuang kebodohan. Dengan melarung sesaji tersebut, masyarakat nelayan dan masyarakat pekalongan pada umumnya berharap agar mereka senantiasa selamat dalam mnjalankan tugasnya masing-masing, baik sebgai pemimpin maupun sebagai warga masyarakat biasa.
2. Bubur abang putih (merah putih). Bubur merah melambangkan keberanian, sedangkan bubur putih melambangkan hati yang suci. Alam bahasa Jawa, abang itu nyimpang dan putih diartikan nyisish. Artinya bahwa, dalam mencari nafkah harus berani dan juga jujur sehingga senantasa diberikan keselamatan oleh Tuhan.
3. Jualan pasar, melambangkan keramaian pasar. Dalam jualan pasar tersebut, terbesit haraan agar tangkapan hasil laut mereka berlimpah ruah sehingga dapat memenuhi kebutuhan rumah tangga.
4. Mainan anak-anak, melambangkan pemberian kebahagiaan para nelayan kepada masyarakat.
5. Kembang setaman, ini melambangkan keindahan dan keharmonisan.
6. Kopi pahit dan kopi manis, teh pahit dan teh manis, air putih seglas serta rokok/ cerutu dan kinang. Minuman dan rokok melambangkan kesejukan.
7. Cermin,bedak, parfum, lipstik, kain batik/ jarik, selenang dan sandal. Benda-benda sesaji yang juga dimasukan dalam replika kapal adalah seperangkat pakaian wanita lengkap. Benda terebut melambangkan keindahan.
8. 3 (tiga) meter mori/ kain putih, benda ini melambangkan kebahagiaan yang hakiki sesuai dengan tujuan hidup manusia, yaitu kebahagiaan dan kemuliaan, baik di dunia maupun akhirat.kebahagiaan dan kemuliaan terebut dapat tercapai dengan menyeimbangkan 3 (tiga) kesadaran yang dimiliki oleh manusia yaitu, Ego, Jiwa, dan Roh.
9. Buah kependem, buah gemantung, tebu, padi, dan kelapa. Buah kependem (terpndam) dan buah gemantung )tergantung) melambangkan permohonan kepada Tuhan agar para nelayan diberikan rezeki yang berlimpah. Sedangkan tebu, padi dan kelapa melambangkan rezeki yang akan dinikmati oleh anak cucu.
10.Ikan laut dan ikan darat,melambangkan keseimbangan dalam menjaga dan melestarikan sumber rezeki, baik di laut maupun di darat. Intinya, semua nlayan harus mampu untu menjaga kelestarian sumber mata pencaharian mereka.
11. Air tujuh sumber, arti kata tujuh diambil dari bahasa Jawa yaitu “pitu”, merupakan akronim “pitulung” yang berarti pertolongan Tuhan, agar segla upaya dan usaha mereka mendapat ridho atau diberkahi.
12. Tumpeng, bentuk tumpeng yang mengerucut keatas melambangkan doa dan permohonan kepada Tuhan agar masyarakat nelayan senatiasa diberikan keselamatan, keberkahan, dan rezeki yang halal sehingga dapat bermanfaat unutk hidup mereka.
13. Pring (bambu) kuning, janur kuning, bunga melati yang dirangkai dengan benang warna-warni. Bambu berwarna kuning, lurus dan panjang melambangkan kelurusan hati untuk ikhlas berbuat baik untuk mencapai kemuliaan di hadapan uhan. Bunga melati yang harum baunya melambangkan permohonan agar “jajaran perikanan” menjadi harum dan bersinar namanya laksana bunga melati yang dirangkai dengan benang bersama janur kuning dan bambu kuning.
14. Semua sesaji yang disebut di atas, kemudian dimasukkan dalam replika perahu dan dilarung (dibuang) ke laut lepas. Larung sesaji ke laut melambangkan keikhlasan dalam hal berpikir, bertindak dan berbuat.
Tradisi dan Budaya Pek Chun di Pekalongan
Tradisi Pek Chun pada hakekatnya hampir sama dengan tradisi sedekah laut atau Nyadran hanya saja, tradisi ini diselenggarakan oleh warga Tionghoa di Kota Pekalongan. Pada prinsipnya acaranya sama, hanya penyelenggara, isi perahu dan waktunya yang berbeda.
Tradisi Pek Chun dilaksanakan oleh masyarakat Tionghoa menurut kalender China pada perayaan tahun baru china atau imlek. Acara yang mengiringi tradisi Pek Chun adalah Pentas seni Barongsai dan kesenian masyarakat china lainnya serta makan bersama dan pelaksanaan berbagai lomba.
Jumlah pengunjung pada pelaksanaan tradisi Nyadran dan Pek Chun mencapai ribuan orang, yang berasal dari seluruh pelosok Kota Pekalongan dan masyarakat sekitarnya serta wisatawan mancanegara yang kebetulan berada di Kota Pekalongan.
Perayaan ini diselenggarakan tanggal 5 bulan 5 Imlek (penanggalan Cina) untuk mengenang dan memperingati Khut Gwan (tokoh Cina) yang sangat setia, berbakti kepada tanah air, bangsa dan Negara.
Prosesi Pek Chun di Kota Pekalongan dilakukan dengan cara membakar replika kapal dan sesaji kemudian melarungnya ke laut sebagai ungkapan syukur dan harapan agar diberi limpahan rejeki bertempat di Pantai Pasir Kencana. Tradisi Pek Chun semakin meriah dengan diselenggarakannya pesta rakyat pintu dalem yang menyajikan anek seni /budaya Tionghoa, kuliner, wayang kulit, baazar, dan pameran.

Tradisi Syawalan Pekalongan
Pekalongan selain terkenal dengan kota batiknya, juga ada satu tradisi yang diadakan tiap tahun setelah Hari Raya Idul Fitri. Masyarakat setempat menyebutnya Syawalan. Tradisi Syawalan di Pekalongan hampir mirip seperti tradisi-tradisi di masyarakat kita di Indonesia bagian lain.
Sejarah Tradisi Syawalan
Syawalan diadakan setiap 7 hari setelah lebaran idul fitri, alias taggal 8 Syawal. Tradisi seperti itu sudah ada sejak tahun 1885 yang konon diprakarsai oleh KH Abdullah Siradj yang termasuk salah satu keturunan Senopati Mataram.
Syawalan bermula sebagai rasa toleransi tinggi untuk menghormati muslim-muslimah yang berpuasa syawal setelah Puasa Ramadhan. Masyarakat Pekalongan dahulu biasa melakukan puasa Syawal 6 hari langsung setelah hari raya. Jadi mulai tanggal 2 Syawal hingga tanggal 7 Syawal.
Sehingga pada saat hari raya maupun setelahnya mereka tidak merayakan secara berlebihan dengan makan-makan. Baru setelah puasa Syawal selesai, mereka merayakannya bersama-sama.
Pada tahun 1950, Syawalan diadakan secara besar-besaran saat Presiden pertama Indonesia, Soekarno, datang ke Pekalongan dalam rapat akbar di lapangan Kebon Rodjo Pekalongan yang sekarang dijadikan monumen.
Ciri Khas Syawalan
Syawalan tidak terjadi di seluruh penjuru kota Pekalongan, hanya disalah satu bagian bernama Krapayak Lor. Salah satu yang menjadi ciri khas saat Syawalan di kota ini adalah sajian makanan yang dikenal dengan nama Lopis. Lopis merupakan penganan yang dibuat dengan bahan dasar beras ketan yang dibungkus daun pisang. Mirip Lepet yang dibungkus dengan janur, hanya saja lopis tidak memakai tambahan kelapa di dalamnya.Lopis disajikan dengan taburan kelapa parut setelah dipotong sesuai selera. kala itu Bung Karno berpidato memberikan nasihat kepada masyarakat agar menjaga persatuan seperti lopis yang terbuat dari ketan yang saling menyatu (lengket).Sejak saat itu Warga Krapyak membuat lopis raksasa untuk perayaan tradisi syawalan. Perayaan tersebut diawali dengan dipotongnya kue berukuran besar itu oleh Kepala Daerah Pemerintah setempat.
Hingga kini, tradisi tersebut masih ada. Bahkan aktivitas di Pekalongan baik itu pemerintahan maupun wiraswasta dimulai setelah perayaan Syawalan. Termasuk sekolah, mereka baru masuk pada tanggal 9 Syawal.
Selain lopis raksasa, Syawalan juga dihiasi pelepasan balon udara berukuran besar dan diiringi ribuan balon lainnya pada pukul 7 WIB. Juga suara petasan menggelegar bak berasa di medan perang. Tradisi pelepasan balon diawali oleh orang eropa yang dulu bermukim di Pekalongan. Sedang mercon diadopsi dari orang China yang dulu bermukim di Pekalongan.
Makan dan Minum Gratis
Selain memperebutkan lopis raksasa, masyarakat Krapyak juga memberikan makan dan minum secara gratis untuk masyarakat umum. Jika Anda seorang pendatang yang hanya ingin melihat ramainya Syawalan, bisa mampir ke salah satu rumah penduduk setempat yang akan dijamu secara gratis, hehe.
Tahun 2014, tradisi syawalan di Pekalongan itu jatuh pada hari ini. Suara petasannya menggelegar hingga seantero Pekalongan. Tidak hanya perayaan di Krapyak, Syawalan bagi warga Pekalongan itu seperti lebaran, bahkan lebih meriah lagi. Padahal mestinya bersuka cita itu saat hari raya.
Bagi yang ingin merasakan hiruk pikuk kemeriahan syawalan di Pekalongan bisa langsung datang saja ke Pekalongan, siangnya cari batik buat oleh-oleh ^^


Kamis, 29 Januari 2015
Pekan Batik Nusantara Di Pekalongan
Event pekalongan pekan batik nusantara merupakan salah satu event
yang sudah rutin dilakukan setiap tahunnya dalam beberapa tahun terakhir
ini. Pekan batik nusantara di adakan di daerah
Jetayu, Pekalongan. Dalam event ini berbagai seni batik dari
berbagai pengrajin, pengusaha dan berbagai aspek yang terlibat di
dalamnya akan dipertunjukkan atau di promosikan selama event ini
berlangsung.
Event ini tentunya diadakan untuk melestarikan, promosi dan sekaligus
semakin mencerahkan nama batik yang sangat khas dari Indonesia dikancah
pasar dunia yang selama ini sudah sangat dikenal di berbagai negara,
khususnya batik dari daerah Pekalongan yang memiliki motif dan ciri khas
tersendiri dari batik-batik lainnya yang ada di Indonesia.
Event Pekan Batik Nusantara Pekalongan ini nantinya akan
menghadirkan perwakilan dari sekitar 25 kota di Indonesia yang memiliki
Batik. Sehingga dengan 25 perwakilan kota itu akan membuat event in
semakin meriah dan menarik, para pengunjung bisa melihat berbagai jenis
batik dari berbagai daerah, berbagai seni, berbagai corak dan berbagai
kualitas mulai dari harga murah hingga harga yang mahal.
Kota pekalongan dipilih sebagai tuan rumah, adalah mungkin menjadi
pilihan tepat seiring dengan khasnya batik yang dikeluarkan oleh para
pengrajin batik di daerah ini. Batik pekalongan sendiri memiliki corak
khas yang dipadu dengan warna-warna cerah , motif yang tertanam di dalam
kain juga bermacam-macam motif ada yang bentuk kaligrafi, bunga sakura,
motif bunga eropa hingga corak burung merak persia. Kain batik asal
pekalongan yang juga dikenal dengan batik dari pantai utara jawa ini
kini sudah banyak di jual ke berbagai negara di dunia dan sudah dikenal
baik di pasar internasional dan Indonesia.
Berikut beberapa rangkaian acara yang akan dilaksanakan pada event ini nantinya :
- Pameran Batik Nusantara
- Festival Kuliner
- Indonesia Welcome Dinner & Fashion Show
- Visit Pekalongan Great Sale
- Festival Lampion
- Gelar Seni dan Budaya
- Pekalongan Batik Karnaval
- Kontak Bisnis Batik Nasional
- Lomba Desain Motif Seragam Batik
- Lomba Stand Terbaik
- Teatrikal Batik On The Street
Kenali, Cintai, Lestarikan dan Budayakan Batik Indonesia
Langganan:
Postingan (Atom)